Filsafat Buddha Dunia Asura
Filsafat Buddha Dunia Asura:
Dalam “Surat Kanjin no Honzon”, Nichiren Daishonin menyampaikan, “Asura adalah hati yang bengkok.” Hati yang bengkok maksudnya adalah hati yang penuh strategi. Juga selalu ribut dengan siapa saja. Suasana jiwanya sombong, emosional, dan selalu mencari musuh.
Dalam “Surat Sebab Akibat yang Jelas dalam Sepuluh Dunia Dharma” mengutip kalimat Makasikan dari Mahaguru Tien Tai yang membabarkan, “Hatinya sekejap-sekejap ingin menang dari orang lain. Tidak dapat mengendalikan diri. Suka merendahkan orang lain, dan mengagumi diri sendiri bagaikan burung yang sedang terbang tinggi memandang ke bawah.
Dari sisi luar berpura-pura baik dengan seolah-olah mementingkan kesetiaan, kebenaran, kesopanan, kebijaksanaan, kepercayaan, namun dibalik semua kebaikan tersebut, ia melaksanakan jalan Asura.” (Gosyo hlm. 430)
Suasana jiwa manusia Dunia Asura seringkali merasa curiga dan menganggap orang lain menjelek-jelekkan dirinya.
Contoh-contoh dari Dunia Asura antara lain pertikaian, peperangan, pertentangan golongan, dan sebagainya.
Dalam kutipan gosyo dikatakan, “Asura memiliki tinggi badan 84.000 yojana. Ketinggian permukaan air di empat lautan besar tidak sampai pada lututnya.” Itu menjelaskan keadaan jiwa yang sombong, selalu merasa dirinya yang paling benar dan merendahkan orang lain.
Keadaan tinggi badan Asura yang membuat air di keempat lautan besar tidak melampaui lututnya, menjelaskan kemarahan yang sangat hebat. Dalam keadaan murka, orang dari Dunia Asura akan melakukan hal-hal yang tidak umum.
Misalnya, karena kemurkaannya, seseorang yang penakut dapat membunuh dalam seketika. Peperangan yang timbul karena pertentangan ideologi, suku bangsa, dan lainnya, dapat dikatakan sebagai Dunia Asura dari sudut kenegaraan.
Dari sisi luar berpura-pura baik dengan seolah-olah mementingkan kesetiaan, kebenaran, kesopanan, kebijaksanaan, kepercayaan, namun dibalik semua kebaikan tersebut, ia melaksanakan jalan Asura.” (Gosyo hlm. 430)
Suasana jiwa manusia Dunia Asura seringkali merasa curiga dan menganggap orang lain menjelek-jelekkan dirinya.
Contoh-contoh dari Dunia Asura antara lain pertikaian, peperangan, pertentangan golongan, dan sebagainya.
Dalam kutipan gosyo dikatakan, “Asura memiliki tinggi badan 84.000 yojana. Ketinggian permukaan air di empat lautan besar tidak sampai pada lututnya.” Itu menjelaskan keadaan jiwa yang sombong, selalu merasa dirinya yang paling benar dan merendahkan orang lain.
Keadaan tinggi badan Asura yang membuat air di keempat lautan besar tidak melampaui lututnya, menjelaskan kemarahan yang sangat hebat. Dalam keadaan murka, orang dari Dunia Asura akan melakukan hal-hal yang tidak umum.
Misalnya, karena kemurkaannya, seseorang yang penakut dapat membunuh dalam seketika. Peperangan yang timbul karena pertentangan ideologi, suku bangsa, dan lainnya, dapat dikatakan sebagai Dunia Asura dari sudut kenegaraan.
Neraka, Keserakahan, Kebinatangan dikatakan sebagai Tiga Dunia Buruk. Sedangkan Neraka, Keserakahan, Kebinatangan, dan Asura dikatakan sebagai Empat Kecenderungan Buruk.
Alasan menggunakan kecenderungan buruk adalah karena pada dasarnya kecenderungan akar jiwa orang yang berada dalam dunia ini selalu membuat karma buruk. Hidup seseorang akan selalu menderita jika jiwanya memiliki kecenderungan kuat dalam Empat Kecenderungan Buruk.
Jiwa Dunia Asura bengkok dan sering ribut. Asura berasal dari bahasa Sansekerta. Pada zaman dahulu di India terdapat iblis bernama Asura yang sering berperang dengan Dewa Indera. Iblis itu juga selalu ribut dengan Dewa Candra dan Dewa Surya.
Jika dibandingkan dengan hawa nafsu Tiga Dunia Buruk sebelumnya, (Dunia Neraka, Dunia Keserakahan, dan Dunia Kebinatangan) yang suasana jiwanya bersifat naluriah untuk hidup, maka suasana jiwa dari Dunia Asura lebih buruk. Suasana jiwa manusia Dunia Asura selalu ingin menonjol dan mementingkan diri sendiri.
Mengenai tempat tinggalnya, dalam surat yang sama dibabarkan, “Menetap di pantai dan dasar laut.” Artinya menggambarkan suasana jiwa manusia Dunia Asura bagaikan gelombang laut yang dahsyat dan dapat menghancurkan batu karang. Sedangkan perasaannya bagaikan dasar laut yang tampak tenang namun menghanyutkan, sehingga menjadi sangat mengerikan. Inilah gambaran suasana jiwa Dunia Asura.
Meskipun Asura berbadan gagah dan besar, namun ketika dimarahi Dewa Indera yang memiliki kekuatan, maka ‘badannya mengecil’ hingga dapat bersembunyi di balik kelopak daun teratai.
Asura sangat mementingkan diri sendiri. Ketika berperang menghadapi musuh yang lebih kuat ia akan menjaga diri dan mundur.
Sebagai kesimpulan, dasar dari Dunia Asura adalah perasaan yang tidak menyadari hatinya yang tidak jujur. Sama sekali tidak menghargai pendapat orang lain. Jiwanya bengkok, tidak mempedulikan kepribadian orang lain dan tidak mengakui hak asasi orang lain. Jika jiwa yang bengkok ini tidak diubah, maka tidak akan bisa bahagia. Juga tidak bisa diharapkan untuk membangun kemajuan di masyarakat.
Alasan menggunakan kecenderungan buruk adalah karena pada dasarnya kecenderungan akar jiwa orang yang berada dalam dunia ini selalu membuat karma buruk. Hidup seseorang akan selalu menderita jika jiwanya memiliki kecenderungan kuat dalam Empat Kecenderungan Buruk.
Jiwa Dunia Asura bengkok dan sering ribut. Asura berasal dari bahasa Sansekerta. Pada zaman dahulu di India terdapat iblis bernama Asura yang sering berperang dengan Dewa Indera. Iblis itu juga selalu ribut dengan Dewa Candra dan Dewa Surya.
Jika dibandingkan dengan hawa nafsu Tiga Dunia Buruk sebelumnya, (Dunia Neraka, Dunia Keserakahan, dan Dunia Kebinatangan) yang suasana jiwanya bersifat naluriah untuk hidup, maka suasana jiwa dari Dunia Asura lebih buruk. Suasana jiwa manusia Dunia Asura selalu ingin menonjol dan mementingkan diri sendiri.
Mengenai tempat tinggalnya, dalam surat yang sama dibabarkan, “Menetap di pantai dan dasar laut.” Artinya menggambarkan suasana jiwa manusia Dunia Asura bagaikan gelombang laut yang dahsyat dan dapat menghancurkan batu karang. Sedangkan perasaannya bagaikan dasar laut yang tampak tenang namun menghanyutkan, sehingga menjadi sangat mengerikan. Inilah gambaran suasana jiwa Dunia Asura.
Meskipun Asura berbadan gagah dan besar, namun ketika dimarahi Dewa Indera yang memiliki kekuatan, maka ‘badannya mengecil’ hingga dapat bersembunyi di balik kelopak daun teratai.
Asura sangat mementingkan diri sendiri. Ketika berperang menghadapi musuh yang lebih kuat ia akan menjaga diri dan mundur.
Sebagai kesimpulan, dasar dari Dunia Asura adalah perasaan yang tidak menyadari hatinya yang tidak jujur. Sama sekali tidak menghargai pendapat orang lain. Jiwanya bengkok, tidak mempedulikan kepribadian orang lain dan tidak mengakui hak asasi orang lain. Jika jiwa yang bengkok ini tidak diubah, maka tidak akan bisa bahagia. Juga tidak bisa diharapkan untuk membangun kemajuan di masyarakat.
Posting Komentar untuk "Filsafat Buddha Dunia Asura"