Dunia Bodhisattva
Secara umum, Bodhisattva berarti orang yang dapat mengembangkan kepribadiannya sendiri untuk dibaktikan kepada orang lain hingga masyarakat luas.
Bodhisattva Manjusri, melambangkan gerakan dan sifat yang khas untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dengan prajna yang dimilikinya.
Bodhisattva Maitreya melambangkkan maitri karuna.
Bodhisattva Samantabhadra melambangkan ilmu pengetahuan.
Bodhisattva Bhaisyajaraja melambangkan pengobatan.
Bodhisattva Avalokitesvara melambangkan gerakan dan fungsi yang khas untuk menanggapi arah dan gerakan masyarakat.
Bodhisattva Gadgadasvara berarti gerakan dan sifat yang khas untuk memberikan kegembiraan kepada umat manusia dengan keahlian musiknya yang indah.
Para Bodhisattva tersebut adalah Bodhisattva dari ajaran Bayangan (Syake) yang hanya berfungsi pada aktifitas masyarakat, pengetahuan, kesenian, teknik, pendidikan, dan sebagainya. Sedangkan Bodhisattva dari ajaran Pokok (Honge) memberi karunia manfaat yang besar dan menyelamatkan umat manusia berdasarkan Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Mengajar dan membimbing orang lain merupakan pelaksanaan Bodhisattva dari ajaran Pokok tersebut.
Bodhisattva Honge yang merupakan Bodhisattva Muncul dari Bumi, pada hakikatnya merupakan anak dari keluarga Nichiren Daishonin. Tathagata Jijuyuhosyin dari kuon ganjo. Meski masing-masing memiliki keistimewaan yang berbeda, namun orang yang aktif memajukan penyebarluasan hukum demi menyelamatkan umat manusia dapat dikatakan sebagai Bodhisattva Muncul dari Bumi yang sesungguhnya.
Bodhisattva Syake dengan keahliannya masing-masing seperti kesenian dan lainnya dapat membuat orang lain gembira. Akan tetapi mereka tidak meyebarluaskan hukum. Sedangkan Bodhisattva Honge bertujuan untuk menyebarluaskan hukum melalui keahliannya masing-masing. Untuk menyebarluaskan hukum, maka terdapat kehidupan dari Bodhisattva Honge.
Dunia Bodhisattva adalah suasana jiwa maitri karuna yang berusaha dengan sekuat tenaga menyelamatkan orang lain. Bodhisattva disebut juga dengan Bosatmakarat. Bodhi berarti kesadaran Buddha atau suasana Buddha yang dicapai oleh manusia biasa.
Pada awalnya, Bodhisattva adalah sebutan untuk perilaku Buddha Sakyamuni sejak melepaskan diri dari keterikatan duniawi hingga mencapai kesadaran. Seperti yang telah diketahui, Buddha Sakyamuni telah melaksanakan berbagai pertapaan sehingga dapat mencapai kesadaran Buddha. Orang ynag melaksanakan pertapaan jalan Buddha dengan sungguh-sungguh disebut Bodhisattva.
Sama seperti Dwiyana, Bodhisattva juga ingin mencapai kesadaran. Akan tetapi ada perbedaan yang mendasar antara Bodhisattva dan Dwiyana, karena Bodhisattva menjalankan pelaksanaan, “ke atas menuntut kesadaran dan ke bawah membimbing umat manusia.”
Dunia Buddha adalah suasana jiwa tertinggi yang dapat dicapai dalam perasaan hati kita. Di satu sisi kita menuntut kesadaran Buddha, namun di sisi lain kita juga berupaya menyelamatkan umat yang sesat. Tujuan memperoleh kesadaran Buddha adalah untuk melaksanakan jalan Buddha, yakni menyelamatkan umat manusia. Inilah sikap Bodhisattva “ke atas menuntut kesadaran dan ke bawah membimbing umat manusia.” Arti “Atas” dan “Bawah” disini bukan bermakna yang unggul dan yang rendah.
Pada awal melaksanakan pertapaan jalan Buddha, Bodhisattva telah menegakkan empat prasetya, yakni :
Bodhisattva Maitreya melambangkkan maitri karuna.
Bodhisattva Samantabhadra melambangkan ilmu pengetahuan.
Bodhisattva Bhaisyajaraja melambangkan pengobatan.
Bodhisattva Avalokitesvara melambangkan gerakan dan fungsi yang khas untuk menanggapi arah dan gerakan masyarakat.
Bodhisattva Gadgadasvara berarti gerakan dan sifat yang khas untuk memberikan kegembiraan kepada umat manusia dengan keahlian musiknya yang indah.
Para Bodhisattva tersebut adalah Bodhisattva dari ajaran Bayangan (Syake) yang hanya berfungsi pada aktifitas masyarakat, pengetahuan, kesenian, teknik, pendidikan, dan sebagainya. Sedangkan Bodhisattva dari ajaran Pokok (Honge) memberi karunia manfaat yang besar dan menyelamatkan umat manusia berdasarkan Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Mengajar dan membimbing orang lain merupakan pelaksanaan Bodhisattva dari ajaran Pokok tersebut.
Bodhisattva Honge yang merupakan Bodhisattva Muncul dari Bumi, pada hakikatnya merupakan anak dari keluarga Nichiren Daishonin. Tathagata Jijuyuhosyin dari kuon ganjo. Meski masing-masing memiliki keistimewaan yang berbeda, namun orang yang aktif memajukan penyebarluasan hukum demi menyelamatkan umat manusia dapat dikatakan sebagai Bodhisattva Muncul dari Bumi yang sesungguhnya.
Bodhisattva Syake dengan keahliannya masing-masing seperti kesenian dan lainnya dapat membuat orang lain gembira. Akan tetapi mereka tidak meyebarluaskan hukum. Sedangkan Bodhisattva Honge bertujuan untuk menyebarluaskan hukum melalui keahliannya masing-masing. Untuk menyebarluaskan hukum, maka terdapat kehidupan dari Bodhisattva Honge.
Dunia Bodhisattva adalah suasana jiwa maitri karuna yang berusaha dengan sekuat tenaga menyelamatkan orang lain. Bodhisattva disebut juga dengan Bosatmakarat. Bodhi berarti kesadaran Buddha atau suasana Buddha yang dicapai oleh manusia biasa.
Pada awalnya, Bodhisattva adalah sebutan untuk perilaku Buddha Sakyamuni sejak melepaskan diri dari keterikatan duniawi hingga mencapai kesadaran. Seperti yang telah diketahui, Buddha Sakyamuni telah melaksanakan berbagai pertapaan sehingga dapat mencapai kesadaran Buddha. Orang ynag melaksanakan pertapaan jalan Buddha dengan sungguh-sungguh disebut Bodhisattva.
Sama seperti Dwiyana, Bodhisattva juga ingin mencapai kesadaran. Akan tetapi ada perbedaan yang mendasar antara Bodhisattva dan Dwiyana, karena Bodhisattva menjalankan pelaksanaan, “ke atas menuntut kesadaran dan ke bawah membimbing umat manusia.”
Dunia Buddha adalah suasana jiwa tertinggi yang dapat dicapai dalam perasaan hati kita. Di satu sisi kita menuntut kesadaran Buddha, namun di sisi lain kita juga berupaya menyelamatkan umat yang sesat. Tujuan memperoleh kesadaran Buddha adalah untuk melaksanakan jalan Buddha, yakni menyelamatkan umat manusia. Inilah sikap Bodhisattva “ke atas menuntut kesadaran dan ke bawah membimbing umat manusia.” Arti “Atas” dan “Bawah” disini bukan bermakna yang unggul dan yang rendah.
Pada awal melaksanakan pertapaan jalan Buddha, Bodhisattva telah menegakkan empat prasetya, yakni :
- Prasetya menyelamatkan seluruh mahluk (Syuju muhen seigando). Maksudnya adalah prasetya untuk secara giat mengajar dan membimbing seluruh manusia menuju jalan Buddha.
- Prasetya mematahkan hawa nafsu yang tak terhingga (Bonomususeigandan). Yang dimaksud dengan mematahkan hawa nafsu disini bukan memusnahkan hawa nafsu. Akan tetapi dengan kekuatan hawa nafsu dapat memperoleh kesadaran.
- Prasetya untuk memahami ajaran atau dharma pembabaran Sang Buddha yang jumlahnya tak terhitung (Homonmujinseiganci).
- Prasetya mencapai Dunia Buddha (Butsudomujoseiganjo)
Empat prasetya ini adalah prinsip Bodhisattva dalam melaksanakan pertapaan jalan Buddha. Dalam “Surat Perihal Perbedaan Hinayana dan Mahayana.” Nichiren Daishonin menyampaikan, “Bodhisattva harus melaksanakan empat prasetya.” (Gosyo hlm. 522).
Suasana jiwa dari Dunia Bodhisattva adalah suasana jiwa yaang mampu mengesampingkan kebahagiaan diri sendiri demi kepentingan orang lain.
Berdasarkan pada kemajuan diri kita maka munculkanlah keyakinan agar dapat membangun kebahagiaan sejati bagi kehidupan manusia lain dan mewujudkan dunia yang harmonis.
Bersemangatlah dalam menjalankan kepercayaan dengan penuh kesungguhan hati.
Selanjutnya Dunia Tertinggi dari Sepuluh Dunia : Dunia Buddha
Suasana jiwa dari Dunia Bodhisattva adalah suasana jiwa yaang mampu mengesampingkan kebahagiaan diri sendiri demi kepentingan orang lain.
Berdasarkan pada kemajuan diri kita maka munculkanlah keyakinan agar dapat membangun kebahagiaan sejati bagi kehidupan manusia lain dan mewujudkan dunia yang harmonis.
Bersemangatlah dalam menjalankan kepercayaan dengan penuh kesungguhan hati.
Selanjutnya Dunia Tertinggi dari Sepuluh Dunia : Dunia Buddha
Posting Komentar untuk "Dunia Bodhisattva"